8 Juta UMKM Ditarget Bertransaksi Online 2019 – Pemerintah menargetkan 8 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia melakukan perdagangan secara online pada 2019.
Berbagai upaya percepatan terus dilakukan agar pelaku usaha dalam negeri menjadi pemain utama. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pemberdayaan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Slamet Santoso mengatakan, pihaknya mendorong semua sektor ekonomi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau bertransaksi secara online.
Langkah tersebut akan memberikan nilai tam bah bagi para pelaku usaha. “Pemanfaatan TIK bisa membantu meningkatkan akses pasar, menambah pendapatan, dan ekspansi. Bahkan, harapan bisa bertransaksi ke luar negeri,” kata Slamet, seusai menjadi pembicara pada Forum Sosialisasi Belanja dan Jualan Online di Graha Pos, Jalan Banda, Kota Bandung.
Menurut dia, UMKM ke depan tetap menjadi andalan ekonomi nasional. Sesuai dengan roadmap pemerintah, pada 2020 transaksi e-commerce diprediksi mencapai Rp1.300 triliun atau setara USD130 miliar.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UM KM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 61,41%, dengan jumlah UMKM hampir mencapai 60 juta unit. Namun, baru sekitar 8% atau sebanyak 3,79 juta pelaku UMKM yang sudah memanfaatkan platform online untuk memasarkan produknya.
“Untuk mendorong sektor ini memanfaatkan TIK, perlu dukungan dan dorongan semua pihak,” tandasnya. Slamet mengatakan, data 2015 sudah ada sekitar 5 juta UMKM yang memanfaatkan jaringan TIK. Pada 2018 ini diharapkan bertambah 2,7 juta sehingga target 8 juta pada 2019 bisa terpenuhi.
“Mayoritas UMKM sekarang menjalankan bisnis secara digital di Pulau Jawa, karena infra struktur sudah bagus,” imbuh dia. Sementara itu, acara Forum Sosialisasi Belanja dan Jualan Online : Murah, Cepat, dan Aman digelar oleh Kemenkominfo.
Acara ini mengadakan pelatihan serta fasilitasi dan simulasi jualan online untuk mengajak pengusaha UMKM. Acara tersebut menggandeng IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia), Asosiasi Fintech Indonesia, Google, Blibli serta Kredit Pro.